Dinamika Ekosistem Startup 2022, Menuju Ekosistem Startup Yang Lebih Berkelanjutan di Indonesia Menjadi Perbincangan pada Acara yang Diadakan GDP Venture

Dinamika Ekosistem Startup 2022, Menuju Ekosistem Startup Yang Lebih Berkelanjutan di Indonesia Menjadi Perbincangan pada Acara yang Diadakan GDP Venture

Jakarta, 16 Maret 2023GDP Venture, kemarin menggelar acara bincang-bincang bertajuk Power Lunch dengan tema “Navigating Startups: The Challenges & Opportunities 2023” yang mendiskusikan tentang perkembangan startup di tahun 2022 dan tren kedepannya. Acara ini dipandu oleh pelaku dari industri startup yang juga merupakan board member dari GDP Venture, yaitu Antonny Liem, investment partner GDP Venture dan On Lee, CTO GDP Venture.

Dalam diskusi ini turut serta Rama Mamuaya, CEO DailySocial, yang merupakan hub bagi para startup. Dalam acara ini, Rama Mamuaya mempresentasikan berbagai data tren startup terkini dari Startup Report 2022: Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia yang dirilis oleh Dailysocial.id hari ini. Laporan ini menyoroti bagaimana para pendiri berupaya menciptakan model bisnis yang berkelanjutan untuk menghasilkan unit ekonomi yang lebih menguntungkan di tengah situasi mikro dan makro ekonomi yang tidak menguntungkan.

Ada beberapa temuan menarik yang dirangkum dalam Startup Report 2022 ini, yaitu perekonomian Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31%, lebih tinggi dibanding tahun 2021 (3,70%). Berbanding lurus dengan perkembangan perekonomian Indonesia, ekonomi digital di Indonesia juga mengalami tren positif.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari ‘The economy SEA 2022 by Google Temasek, Bain & Company’ yang menunjukkan ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD 77 miliar pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai USD 130 miliar pada tahun 2025.

Pada tahun 2022, ekosistem startup Indonesia mencatat terdapat kenaikan jumlah transaksi pendanaan startup Indonesia, meskipun nilai akumulasi pendanaan menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 260 transaksi pendanaan senilai $4,2 miliar (dari 166 pendanaan yang diumumkan) dibandingkan dengan tahun 2021 yang terdapat 214 transaksi pendanaan senilai $6.9 miliar.

Hal lain yang juga menarik terkait dengan strategi merger dan acquisition (M&A), yang banyak dilakukan oleh startup untuk memperluas produk dan layanan mereka, adalah pada tahun 2022 tercatat ada sebanyak 34 kegiatan M&A.

Di tahun 2022 juga, dan masih terus berlangsung, terjadi kondisi yang dinamakan ‘tech winter’, yang menurut Antonny Liem, Investment Partner GDP Venture terjadi karena dua hal, “Pertama, investor saat ini sedang wait and see karena kenaikan cost of capital memaksa investor untuk memperketat seleksi investasi mereka guna memaksimalkan return of investment dan menurunkan resiko.

Kenaikan cost of capital ini dikarenakan faktor makro seperti perang Rusia yang berdampak pada naiknya harga energi, pandemi  Covid-19 mengganggu global supply chain dan lainnya. Yang kedua, pada saat pandemi lalu, terjadi percepatan digitalisasi dimana banyak konsumen beralih ke layanan digital sehingga perusahaan membutuhkan lebih banyak lagi manpower untuk melayani kebutuhan ini, tetapi kini setelah pandemi mereda, beberapa kebiasaan digital kembali  seperti sebelumnya, ini yang menyebabkan terjadi banyak penyesuaian terhadap startup, salah satunya layoff.”

Dalam acara ini juga dibahas mengenai tren investasi jenis startup mendatang. Rama Mamuaya, CEO DailySocial berpendapat,“Dilihat dari tren investment di tahun 2022 berdasarkan jumlah, Fintech, OTA (Online Travel Agency) dan Agritech menjadi 3 industri terbesar. Sedangkan berdasarkan round, 3 industri terbesar adalah Fintech, Agritech dan Social Commerce. Pada tahun 2023, diprediksi Green Tech, Embedded Finance dan Healthtech akan semakin dilirik para investor.

Himbauan pemerintah untuk mendukung net-zero emission di tahun 2060 menaikan popularitas startup GreenTech yang mencakup electronic vehicle, new energy, waste management,dan lainnya. Embedded Finance yang memanfaatkan protokol Open Banking dan Open Finance yang diintegrasikan ke berbagai layanan konsumen, semakin meningkat pada berbagai industri, seperti kesehatan, properti, retail maupun transportasi karena memiliki banyak manfaat. Healthtech juga masih menjadi sektor yang menarik karena ekosistemnya yang cukup besar dan pemerintah terus mendorong masyarakat mengadopsi teknologi untuk sistem kesehatan seperti Genomics yang baru-baru ini diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia.”

Dinamika Ekosistem Startup 2022, Menuju Ekosistem Startup Yang Lebih Berkelanjutan di Indonesia Menjadi Perbincangan pada Acara yang Diadakan GDP Venture
Acara Power Lunch yang dipandu oleh (dari kiri ke kanan) Antonny Liem, Investment Partner GDP Venture, Rama Mamuaya, CEO DailySocial, On Lee, CTO GDP Venture

Membahas tentang startup tak lepas dengan tren teknologi terbaru. Dikutip dari laporan yang sama dari Dailysocial.id, tren teknologi tahun 2023 dan berikutnya adalah AI (artificial intelligence). AI semakin terdengar karena di awal tahun ini industri bisnis dihebohkan dengan adanya chat GPT yang berbasis teknologi AI.

On Lee, CTO GDP Venture menyatakan pendapatnya tentang cepatnya perkembangan teknologi ini, Definisi startup yang saya pahami adalah perusahaan yang mengadopsi kecanggihan sebuah teknologi sehingga mereka harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Contohnya AI (artificial intelligence) yang semakin terdengar belakangan ini karena chat GPT. Padahal sebelumnya teknologi AI sudah ada di bagian kehidupan kita seperti penggunaan auto text pada handphone itu merupakan teknologi AI. Bedanya chat GPT ini adalah breakthrough dan sangat sederhana penggunaannya sehingga orang-orang semakin menyadari manfaat AI.”

Perkembangan teknologi AI sendiri di Indonesia semakin baik. “Perusahaan AI di Indonesia sebaiknya tidak berkompetisi dengan perusahaan global karena resource mereka sudah sangat baik. Tetapi sebaiknya perusahaan AI Indonesia menjadikan perusahaan global sebagai partner, sehingga dapat memanfaatkan apa yang dimiliki perusahaan global dan kemudian disempurnakan menjadi solusi yang dibutuhkan oleh Indonesia. 

GDP Venture sendiri telah melihat industri AI akan berkembang sejak 5 tahun lalu, sehingga kami melakukan investasi di teknologi ini. Banyak yang berpendapat teknologi AI akan menggantikan manusia, menurut saya, pendapat itu kurang tepat. Yang tepat adalah, manusia yang mengadposi teknologi akan menggantikan tenaga manusia yang tidak mengadopsi teknologi,” lanjut On Lee kembali.

Sebagai penutup dari acara ini, Antonny Liem menjawab pertanyaan mengenai investasi yang dilakukan GDP Venture, “GDP Venture dari awal didirikan, memang tidak aktif mencari investasi, tetapi dalam perjalanannya apabila ada investasi yang menarik, maka GDP Venture akan melakukan investasi di startup tersebut”

Baca juga Bulan Suci Penuh Tawa & Berkah bersama Shopee Big Ramadan Sale 2023 dengan Promo Terbesar Se-Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GDPR Cookie Consent with Real Cookie Banner